Seni bela diri merupakan suatu teknik bertarung yang menyerang dan bertahan yang mencakup memukul, menendang, menangkis, membanting dan keterampilan agresif lainnya. Banyak orang menganggap bahwa seni bela diri biasanya dekat dengan kekerasan dan kebrutalan. Seni bela diri dianggap sebagai ekspresi dari keberanian, kewiraan, dan pengorbanan diri. Filsafat beladiri sebenarnya menekankan bahwa orang sebaiknya lebih menghormati kedamian dan harmoni. Seni bela diri filsafat menekankan pada esensi manajemen diri, menghormati orang lain, dan perspektif optimis untuk mencoba yang terbaik dalam hidup. Seni bela diri adalah bagian dari kebiasan dari para ahli beladiri dari Jepang yang menawarkan penekanan pada penguatan, tubuh jiwa dan pikiran. Ajaran-ajarannya menegaskan bahwa seorang seniman bela diri sejati harus mengembangkan tubuh, mental, dan emosional menjadi cukup kuat untuk menghindari pertempuran. Hal ini dapat ditemui pada berbagai bentuk seni bela diri termasuk Jujitsu, Karate, Kung-Fu, Muay Thai, Tae Kwon Do, dan Judo.
Seni bela diri mencakup latihan dengan vitalitas
tinggi yang dapat meningkatkan energi, kecepatan, fleksibilitas, dan kesehatan
jantung. Namun demikian, identik dengan kegiatan olahraga lain atau kegiatan
fisik, terdapat kecelakaan yang dapat ditemui dalam pelatihan seni bela diri
ataupun dalam kompetisi. Cukup mengejutkan bahwa resiko cedera dari seni bela
diri lebih sedikit dibandingkan dengan olahraga kontak lainnya seperti rugby, sepak
bola Amerika, bola basket dan hoki. Kebanyakan kecelakaan yang berkaitan dengan
seni bela diri adalah sakit tungkai lengan, atau kaki serta nyeri punggung
bawah yang biasanya merupakan cedera yang wajar.
Semua olahraga memiliki cedera, dimana pada saat cedera,
kualitas dan performa atlet akan menurun. Ada dua jenis cedera dalam olahraga :
cedera langsung (traumatic injury) maupun tidak langsung (overuse injury). Traumatic
injury dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah
gerak, tertabrak dan lain-lain sehingga menyebabkan robekan/ putusnya jaringan
lunak (soft tissue) seperti ligament, otot, tendon, hingga terjadinya fraktur
(patah tulang). Pada kondisi seperti ini, diperlukan penanganan medis
profesional seperti dokter atau fisioterapis.
Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena
tekanan berulang-ulang biasanya diakibatkan karena pamakaian berlebih. Cedera
ini berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang, perawatan
cedera sebelumnya yang kurang tepat, serta persiapan dalam pertandingan
(seperti warming up, stretching dan cooling down setelah pertandingan) yang
kurang maksimal dan efektif.
Pada saat cedera tubuh meresponnya dengan
tanda-tanda peradangan dari dalam tubuh seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak),
kalor (panas), dolor (nyeri) serta functiolesa (penurunan fungsi). Respon
tersebut bertujuan untuk memulihkan jaringan yang cedera.
Pembuluh darah di tempat yang mengalami cedera akan
akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi
dan oksigen upaya mempercepat penyembuhan. Adanya pelebaran pembuluh darah ini
menyebabkan tempat yang cedera menjadi lebih terlihat kemerahan (rubor), dan
darah yang banyak ini akan merembes dari kapiler menuju ruang antar sel
sehingga akan terlihat bengkak (tumor).
Karena banyaknya nutrisi dan oksigen sehingga
metabolisme meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kalor). Tumpukan
sisa metabolisme dan zat kimia lainnya ini akan merangsang syaraf perasa nyeri
di tempat cedera sehingga timbul nyeri (dolor). Semuanya akan mengakibatkan
penurunan fungsi sendi (functiolesa).
Cedera yang paling umum terjadi antara lain :
- Terkilir. Keseleo sering terjadi di pergelangan kaki, siku, dan daerah sendi lainnya. Banyak orang keseleo pada pergelangan kaki karena distribusi berat badan yang tidak benar pada saat menendang atau bergerak.
- Bengkak. Kerusakan pada otot atau tendon. Beberapa massa otot bisa merobek berhenti dari cepat yang terjadi saat kontak kuat dibuat dengan lawan atao objek.
- Lutut terasa nyeri. Cedera yang disebabkann oleh sikap lutut tertekuk khas seni bela diri (kuda-kuda) atau sering menggunakan tendangan yang cukup kuat dan dapat melukai sendi jika tidak dilakukan dengan benar.
- Cedera kepala. Cedera kepala dapat terjadi selama pelatihan karena akibat dari tendangan atau pukulan di daerah kepala.
- Dislokasi dan patah tulang. Yang sering terjadi adalah pada bagian jari, tangan, persendian bahu dan kaki.
Penanganan yang tidak tepat akan memperburuk cedera
dan memperlambat proses penyembuhan. Dari segi medis, penanganan cedera
olahraga untuk soft tissue secara umum memiliki prinsip RICER (Rest, Ice,
Compression, Elevation, dan Reverral) dan menghindari HARM (Heat, Alcohol,
Running, Massage).
1.
Lakukan
RICER
a.
Rest,
istirahatkan
bagian tubuh yang mengalami cedera agar cedera tidak semakin parah. Jika
merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal untuk
mengurangi gerkan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di
bagian yang cedera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahatkan sendiri
minimal 48-72 jam. Untuk kondisi cedera ringan pada saat bertanding dan dapat
melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau
fisioterapis dan diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.
b.
Ice,
kompres
dengan menggunakan es/dingin
sesegera mungkin, kompres bias menggunakan es batu ditumbuk dimasukkan ke dalam
plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk
yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak
pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup.
Apilkasikan es dengan durasi 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit
justru akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit.
Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.
c. Compression,
gunakan
bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage, kinesiotaping
dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu
kencang. Lepas bebat pada saat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat digunakan
hingga dua hari.
d. Elevation,
angkat
bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain
ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/ tidur dengan menggunakan bantal supaya
mengurangi pembengkakan.
e. Reverral,
segera
rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk parah dan
mengganggu aktivitas. Cedera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa,
treatment dan program fisioterapi.
2.
Jauhi
HARM
a. Heat,
menggunakan
panas saat penanganan pertama cedera akan meningkatkan pembengkakan karena
panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam,
jahe, minyak kocok, saina, berendam di bathtub dan shower panas.
b. Alcohol,
meminum
alkohol atau merendam bagian yang cedera dengan alkoholakan meningkatkan
pembengkakan serta memperlambat penyembuhan.
c. Running,
berlatih
dalam 48-72 jam saat cedera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan aman
bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/
fisioterapis.
d. Massage
(pijatan)
pada saat cedera akan meninggalkan aliran darah sehingga akan membuat semakin
bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya
ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin
melebar dan pada saat kembali ke lapangan akan menjadi kendor dan terganggu
stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cedera ulang.
Contoh-contoh
cedera olahraga :
1. ROBEKAN
OTOT (strain) dan ROBEKAN LIGAMEN (sprain)
Tanda-tanda :
-
Rasa nyeri yang umum
-
Bengkak dan memar
Strain diklsaifikasikan
berdasarkan berat ringannya :
-
Derajat I : regangan serabut tendon dan
otot, dengan minimal
-
Derajat II : regangan serabut tendon
dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak.
-
Derajat III : robekan serabut otot yang
luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
Pada prinsipnya
pertolongan pertama :
-
RICE
-
Balut tekan (pressure bandage)
-
Bantu dengan tongkat atau kruk
-
Mulai aktivitas dengan hati-hati secara
bertahap
Bagaimana mencegahnya :
-
Jangan lalai berikan latihan stretching,
latihan ini meningkatkan kelenturan
-
Jangan coba melakukan latihan terlalu
banyak/ cepat
2. CRAMPS
Tanda :
-
Nyeri otot yang sangat dan spasme
-
Keringat yang berlebihan
-
Tidak bereaksi terhadap massage atau
stretching
Pertolongan :
-
Angkat korban ke daerah yang lebih
dingin
-
Kemudian kram dihilangkan dengan massage
3. PATAH
TULANG
Tanda :
-
Adanya ruda paksa
-
Nyeri setempat dan makin bertambah bila
digerakkan
-
Hilangnya fungsi
-
Terdapat perubahan bentuk
-
Nyeri tekanan/ ketok
-
Gerakan-gerakan abnormal
Pertolongan :
-
Atasi shock dan pendarahan, dijaga
lapangnya jalan nafas.
-
Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan
ke anggota badan penderita yang sehat
-
Bila adanya dugaan patah tulang,
dibaringkan pada alas yang keras
-
Massage / diurut sama sekali dilarang
-
Bawalah ke rumah sakit yang terdekat
untuk perawatan lebih lanjut
4. KESELEO
(strain pergelangan kaki)
-
Ligament yang putus (partial/ total)
-
Kadang-kadang dislokasi
Tanda :
-
Sakit pada sendi
-
Rasa putus
-
Fungsi menurun
-
Bengkak
-
Hematoma
Penyebab :
-
Trauma/ gerakan yang keras pada
pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM
Pengobatan :
-
RICE
-
Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan
menunpu berat badan
-
Gips, boleh jalan setelah 21 hari
-
Kompres es 3-4 kali sehari
-
Elevasi
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, sangat
penting untuk memberikan pertimbangan khusus bagi peregangan. Peregangan secara
teratur membantu menjaga atau meningkatkan fleksibilitas dan menurunkan
kemungkinan cedera. Seiring dengan peregangan, latihan bela diri juga perlu
mencakup latihan rutin dimaksudkan untuk meningkatkan pendinginan dan pemanasan
secara keseluruhan dan pembinaan otot saat pelatihan.
Dengan memperkuat kelompok otot, sendi, dan
koordinasi, atlet akan mampu membuat latihan seni bela diri lebih aman dan
bebas dari cedera. Teknik pernapasan adalah tambahan penting dalam latihan
sebagai bagian dari penerapan seni bela diri. Menghembuskan napas sambil
kontraksi otot dan menghirup udara sambil bertumpu pada otot dapat membantu
mencegah cedera. Yang paling utama dan dirasakan sangat penting dalam melakukan
latihan bela diri adalah penggunaan alat-alat pengaman seperti sarung tangan,
helm, body protector dan lain-lain.
Terutama pada saat melakukan latihan bertarung atau sparing partner. Hal ini
akan dapat mengurangi terjadinya resiko kecelakaan saat berlatih. Disamping itu beberapa hal yang juga memberikan
perhatian adalah sebagai seorang pelatih seharusnya dibekali dengan kemampuan
dalam pananganan kecelakaan pertama (first aid). Dengan pemanasan yang benar,
latihan pernapasan secara teratur dan mengenakan perlengkapan penting, para
pelatih bela diri dapat menghindari terjadinya kecelakaan pada saat berlatih
yang akan mengahambat kemajuan pembinaan dan tingkat daya saing atletnya di
masa mendatang.
Osh, salam.
ReplyDeletesaya admin blog INKAI Cianjur.
ko bisa ya tulisan yang dibuat karateka INKAI Cianjur sama persis dengan tulisan yang di blog ini? Mohon konfirmasi. Terima kasih.